BELAJAR DAN KESULITAN BELAJAR
A. Pendahuluan
Belajar
adalah “Learning is a process progressive behavior adaptation” (Skinner,
1958) Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu
merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti
bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan
sebelumnya. Dari proses belajar itulah setiap anak dapat mengambangkan diri
dengan baik dan memperoleh pengetahuan yang akan membimbing mereka dalam
menjalankan kehidupan mereka.
Pertanyaannya,
apakah setiap anak mempunyai gaya atau pola atau cara belajar yang sama
sehingga mereka dapat berkembang dengan baik dan meraih apa yang kita sebut
dengan “kesuksesan” nantinya.
B.
Pengertian Belajar
1). Pengertian belajar menurut kamus
bahasa Indonesia :
Belajar
adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
2). Pengertian belajar menurut beberapa ahli :
1. Menurut
james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta;
1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman.
2. Winkel, belajar
adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
3.
Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman.
4. Howard
L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
praktek atau latihan.
5. Drs.
Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
6.
(Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
7. R.
Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22.
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
8. Herbart
(swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan
pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln
9. Robert
M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning
is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time,
and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus
menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne
berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor
dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.
10. Lester
D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition of habits,
knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
11. Ngalim
Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau
pengalaman.
C. Ciri-Ciri Belajar
Ciri-ciri belajar adalah sebagai
berikut :
1. Adanya
kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
2.
Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat
disimpan.
3.
Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4.
Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan,
tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Berikut beberapa faktor pendorong
mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:
1. Adanya
dorongan rasa ingin tahu
2. Adanya
keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman
dan lingkungan sekitarnya.
3.
Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari
atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi
diri.
4. Untuk
melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.
5. Agar
mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
6. Untuk
meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.
7. Untuk
mencapai cita-cita yang diinginkan.
8. Untuk
mengisi waktu luang.
D. Jenis-Jenis Belajar
1). Menurut Robert M. Gagne
Manusia
memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu
banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan
tipe belajar :
1. Belajar
isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi sepontan
manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon.dalam konteks
inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan
isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian
diturunkan.
2. Belajar
stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap
stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement)
sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru
memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian
ditanggapi oleh muridnya. Guru member pertanyaan kemudian murid menjawab.
3. Belajar
merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat
gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam
urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal
membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.
4. Belajar
asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan
suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan
merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat
langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu.
Membuat prosedur dari praktek kayu.
5. Belajar
membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang
berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang
guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang
mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian
dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa menerka
ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.
6. Belajar
konsep (concept learning). Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau menempatkan
obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep :
satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah
prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur praktek uji
bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik.
7. Belajar
dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan
aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan
antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang
guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang
merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya siswa tidak
mengulangi kesalahannya.
8. Belajar
memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang
menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk
kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru
memberikan kasus atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak
mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.
Selain
delapan jenis belajar, Gagne juga membuat semacam sistematika jenis belajar. Menurutnya sistematika tersebut
mengelompokkan hasil-hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu
katagori. Kelima hal tersebut adalah :
1.
keterampilan intelektual : kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan
lingkungannya dengan menggunakan symbol huruf, angka, kata atau gambar.
2. informasi verbal : seseorang belajar
menyatakan atau menceritakan suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau
tertulis, termasuk dengan cara menggambar.
3. strategi kognitif : kemampuan seseorang untuk mengatur
proses belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.
4. keterampilan motorik : seseorang belajar melakukan gerakan
secara teratur dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khasnya adalah
otomatisme yaitu gerakan berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar
dan luwes.
5. sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk
melakukan pilihan-pilihan dalam bertindak.
2). Menurut Bloom
Benyamin
S. Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konsep taksonomi belajar. Taksonomi belajar
adalah pengelompok kan tujuan berdasarkan domain atau
kawasan belajar. Menurut Bloom ada tiga domain belajar yaitu :
1. Cognitive
Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar.
Kawasan ini tediri dari:
a.
Pengetahuan (Knowledge).
b.
Pemahaman (Comprehension).
c.
Penerapan (Aplication)
d.
Penguraian (Analysis).
e.
Memadukan (Synthesis).
f.
Penilaian (Evaluation).
2. Affective
Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan
sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
a.
Penerimaan (receiving/attending).
b.
Sambutan (responding).
c.
Penilaian (valuing).
d.
Pengorganisasian (organization).
e.
Karakterisasi (characterization)
3. Psychomotor
Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
a.
Kesiapan (set)
b.
Meniru (imitation)
c.
Membiasakan (habitual)
d.
Adaptasi (adaption)
3). Pengertian
belajar Dari Beberapa
Ahli
1. Belajar berdasarkanartinya adalah upaya menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang
digunakan.
2. Belajar Kognitif. Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif
bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam
diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu
bersifat mental.
3. Belajar Menghafal. Menghafal adalah suatu aktivitas
menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat
diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli,
dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat
diingat kembali kealam dasar.
4. Belajar Teoritis. Bentuk belajar ini bertujuan untuk
menempatkan semua data dan fakta {pengetahuan} dalam suatu kerangka organisasi mental,
sehingga dapat difahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi
dalam bidang-bidang studi ilmiah.
5. Belajar Konsep. Konsep atau pengertian adalah satuan arti
yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang
memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang
dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.
6. Belajar kaidah {rule} termasuk dari
jenis belajar kemahiran intelektual {intellectual skill}, yang dikemukakan oleh
Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama
lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan.
7. Belajar Berpikir. Dalam belajar ini,
orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui
pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui
operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode
bekerja tertentu.
Konsep
Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
a.
Adanya
kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.
b.
Masalah
itu diperjelas dan dibatasi.
c.
Mencari
informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
d.
Mencari
hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian
hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima
atau ditolak.
e.
Penerapan
pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sabagai pengujian
kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.
f.
Menurut
Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
g.
Kesadaran
akan adanya masalah.
h.
Merumuskan
masalah.
i.
Mencari
data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
j.
Menguji
hipotesis-hipotesis itu.
k.
Menerima
hipotesis yang benar.
4). Menurut UNESCO
UNESCO
telah mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar
dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) :
1.
Learning to know. Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar,
dalam hal ini ada tiga aspek : apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa
yang belajar.
2.
Learning to do. Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu
mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini
menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan dunia kerja.
3.
Learning to live together. Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar
mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan
mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.
4.
Learning to be. Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara
maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan
diri. Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami
kemampuan dan kelemahanya dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun
pribadi secara utuh.
E.
Pengertian Pembelajaran
Istilah
pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar,
mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa
guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan
mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
1.
Pengertian pembelajaran menurut kamus bahasa Indonesia :
Pembelajaran
adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
2. Pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli
:
1. Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha
yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki
guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
2. Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau
pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar
siswa yang bersifat internal.
F. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN
Ciri-ciri
pembelajaran sebagai berikut :
1.
merupakan upaya sadar dan disengaja
2.
pembelajaran harus membuat siswa belajar
3. tujuan
harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
4.
pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya
G. Pembelajaran Dan Pengajaran
Pembelajaran
adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar
siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap
rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel,1991)
Pengajaran
adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar,
segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa
yang dialami atau dilihatnya). (Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, 1997). Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam
menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi
interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses
yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
Perbedaan antara pengajaran dan
pembelajaran:
NO
|
Pengajaran
|
Pembelajaran
|
1
|
Dilaksanakan
oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar
|
Dilaksanakan
oleh mereka yang dapat membuat orang belajar
|
2
|
Tujuannya
menyampaikan informasi kepada si belajar
|
Tujuannya
agar terjadi belajar pada diri siswa
|
3
|
Merupakan
salah satu penerapan strategi pembelajaran
|
Merupakan
cara untuk mengembangkan rencana yang terorganisasi untuk keperluan belajar.
|
4
|
Kegiatan
belajar berlangsung bila ada guru atau pengajar
|
Kegiatan
belajar dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru
|
H. Mengenal Tipe-Tipe Kesulitan Belajar Anak Di Sekolah
Dalam
kegiatan belajarnya di sekolah, masing-masing anak akan memiliki karakteristik
tersendiri. Ada yang dapat melalui kegiatan belajarnya tanpa mengalami
kesulitan, sementara di sisi lain tidak sedikit pula anak yang justru banyak
mengalami berbagai kesulitan.
Kesulitan
belajar ini bisa ditunjukkan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu dalam
mencapai hasil belajar, baik yang bersifat psikologis, sosiologis, maupun
fisiologis, sehingga pada akhirnya prestasi belajar yang dicapainya berada di
bawah semestinya.
Menurut
Drs. Akhmad Sudrajat,M.Pd, kesulitan belajar anak di sekolah bisa dikelompokan
kedalam 5 kategori, yakni :
1). Learning Disorder atau kekacauan belajar. Yakni keadaan
dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya
tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang
dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
Contoh :
siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan
sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut
gerakan lemah-gemulai.
2).
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan
siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan
psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi
atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah
dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan
volley dengan baik.
3). Under
Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat
kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi
belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4). Slow
Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5).
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar di bawah potensi intelektualnya.
Siswa yang
mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas
akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam
perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif.
Beberapa
perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
1).
Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai
oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2). Hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu
rendah
3). Lambat
dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4).
Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5).
Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat,
tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas,
tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan
sebagainya.
6).
Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi
tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan
sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Kesulitan belajar yang didefenisikan
oleh The United States Office of Education (USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman
(2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu
atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan
bahasa ajaran atau tulisan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar dikarenakan metode mengajar yang tidak sesuai, penekanan
kurikulum yang tidak cocok atau bahkan pembelajaran yang kompleks. Menurut
Slameto (2003 : 54), faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ada dua,
yaitu :
1. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam
individu yang sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu :
(a) Jasmani, yang terdiri dari faktor kesehatan
dan cacat tubuh (b) Psikologis, yang terdiri dari faktor
inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. (c) Kelelahan yang terdiri dari faktor kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani.
2. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar
individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu :
(a) Keluarga, yang meliputi cara orang mendidik,
relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
(b) Sekolah, yang meliputi metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
(c) Masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam
masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Secara
garis besar, langkah-langkah yang perlu dalam rangka mengatasi kesulitan
belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :
1. Pengumpulan data Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan
belajar, diperlukan banyak informasi sehingga perlu diadakan suatu pengamatan
langsung yang disebut pengumpulan data.
2. Pengolahan data Data yang telah terkumpul dari kegiatan
tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara
cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti
sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak.
3. Diagnosis, merupakan keputusan mengenai hasil dari
pengolahan data.
4. Prognosis, merupakan aktivitas penyusunan rencana/program
yang diharapkan dapt membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.
5. Perlakuan, yang merupakan pemberian bantuan kepada anak
yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang
telah disusun pada tahap prognosis tersebut.
6. Evaluasi, dimaksudkan untuk mengetahui apakah perlakuan
yang telah diberikan berhasil dengan baik, artinya ada kemampuan atau bahkan
gagal sama sekali. (Ahmadi dan Widodo, 2000: 96)
Para
ahli seperti Cooney, Davis & Henderson (1975) telah
mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan tersebut,
di antaranya:
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor
yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang berfungsinya otak, susunan
syaraf ataupun bagian-bagian tubuh
lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak
dan sistem syaraf dalam menerima,
memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi
yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dari otak seorang siswa,
maka dengan sendirinya si siswaakan mengalami kesulitan belajar. Bayangkan
kalau sistem syaraf atau otak anak
kita karena sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna. Akibatnya ia akan mengalami hambatan
ketika belajar.
Di
samping itu, siswa yang
sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik pendengaran, penglihatan ataupun pengucapannya
sedikit banyak akan menghadapi kesulitan
belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu siswanya, seorang guru hendaknya
memperhatikan hal-hal yang berkait dengan
kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun penglihatan yang kurang baik, sebaiknya
menempati tempat di bagian depan.
Untuk para orang tua, terutama ibu, makanan selama masa kehamilan akan sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan fisik putra-putrinya
. Makanan yang dapat membantu pertumbuhan
otak dan sistem syaraf bayi yang masih di dalam
kandungan haruslah menjadi perhatian
para orang tua.
2. Faktor Sosial
Merupakan
suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak
akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar
dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan
anak adalah gambaran orang tuanya.
Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan
keluarga serta masyarakat sekeliling
yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati. Sebagai contoh, orang tua yang
sering menyatakan bahwa Bahasa Inggris
adalah bahasa setan (karena sulit) akan dapat menurunkan kemauan anaknya untuk belajar bahasa
pergaulan internasional itu.
Kalau ia tidak menguasai bahan tersebut ia
akan mengatakan “ Ah Bapak saya tidak
bisa juga.” Untuk itu, setiap guru tidak seharusnya menyatakan sulitnya mata pelajaran tertentu di
depan siswanya. Tetangga yang mengatakan
sekolah tidak penting karena banyak sarjana menganggur, masyarakat yang selalu minum-minuman
keras dan melawan hukum, orang tua
yang selalu marah, nonton TV setiap saat, tidak terbuka ataupun kurang menyayangi anaknya dengan sepenuh
hati dapat merupakan contoh dari
beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa. Intinya, lingkungan di sekitar siswa
harus dapat membantu mereka untuk belajar
semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah.
Dengan cara seperti ini, lingkungan dan sekolah
akan membantu para siswa, harapan
bangsa ini untuk berkembang dan bertumbuh menjadi lebih cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup
seharusnya dapat dikembangkan menjadi
siswa berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang dapat dikembangkan menjadi berkemampuan cukup.
Sekali lagi, orang tua, guru, dan
masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran
orang tua dan guru dalam membentengi
para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, di samping perannya dalam memotivasi para
siswa untuk tetap belajar menjadi
sangat menentukan.
3. Faktor Kejiwaan
Faktor-faktor
yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati
(emosi) siswa unutuk belajar secara
sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran tertentu karena ia selalu
gagal mempelajari mata pelajaran itu. Jika
hal ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang sangat berat. Hal ini merupakan contoh
dari faktor emosi yang menyebabkan
kesulitan belajar. Contoh lain adalah siswa yang rendah diri, siswa yang ditinggalkan orang yang
paling disayangi dan menjadikannya sedih
berkepanjangan akan mempengaruhi proses belajar dan dapat menjadi faktor penyebab kesulitan
belajarnya.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
anak yang dapat mempelajari suatu mata pelajaran dengan baik akan menyenangi mata pelajaran tersebut.
Begitu juga sebaliknya, anak yang
tidak menyenangi suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang berhasil mempelajari mata pelajaran
tersebut. Karenanya, tugas utama yang
sangat menentukan bagi seorang guru adalah bagaimana membantu siswanya sehingga mereka dapat
mempelajari setiap materi dengan baik.
Yang
perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan seorang guru dapat menyebabkan siswanya lebih
giat belajar, namun dapat juga menyebabkan
mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Dapat juga terjadi, si siswa lalu membenci
sama sekali mata pelajaran yang diasuh guru
tersebut. Kalau hal seperti ini yang terjadi, tentunya akan sangat merugikan si siswa tersebut. Peran guru
memang sangat menentukan. Seorang
siswa yang pada hari kemarinnya hanya mampu mengerjakan 3 dari 10 soal dengan benar, lalu dua hari
kemudian ia hanya mampu mengerjakan
4 dari 10 soal dengan benar, gurunya harus menghargai kemajuan tersebut. Guru hendaknya jangan
hanya melihat hasilnya saja, namun
hendaknya menghargai usaha kerasnya. Dengan cara seperti ini, diharapkan si siswa akan lebih berusaha
lagi. Intinya, tindakan seorang guru
dapat mempengaruhi perasaan dan emosi siswanya. Tindakan tersebut dapat menjadikan seorang siswa
menjadi lebih baik, namun dapat juga
menjadikan seorang siswa menjadi tidak mau lagi untuk belajar suatu mata pelajaran.
4. Faktor Intelektual
Faktor-faktor
yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang sempurna atau kurang
normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para
guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada siswa yang
sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang
sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat dan juga ada yang
sangat sulit membayangkan dan bernalar.
Hal-hal yang disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar pada diri siswa
tersebut. Di samping itu, hal yang perlu mendapatkan
perhatian adalah para siswa yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat.
5. Faktor Kependidikan
Faktor-faktor
yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan belum mantapnya lembaga
pendidikan secara umum. Guru yang selalu
meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, guru yang membiarkan
siswanya melakukan hal-hal yang salah,
guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada
sanksi tertentu, adalah contoh dari faktor-faktor
penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan siswa tersebut. Berdasar penjelasan di atas, Bapak dan
Ibu Guru sudah seharusnya menyadari
akan adanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan atau kurang berhasil dalam proses pembelajarannya.
Hal ini disebabkan oleh beberapa factor tertentu,
sehingga mereka tidak dapat belajar dan kurang berusaha sesuai dengan kekuatan mereka.
Idealnya,
setiap guru harus berusaha dengan sekuat tenaga
untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya. Namun hal yang perlu
diingat, penyebab kesulitan itu dapat berbeda-beda.
Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung tersayang ataupun karena faktor
fisiologis seperti pendengaran yang kurang. Untuk
itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk
mencarikan jalan pemecahannya.
Pemecahan
masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung pada keberhasilan menentukan penyebab
kesulitan tersebut. Sebagai contoh, siswa A yang
memiliki kesulitan karena penglihatan atau pendengaran yang kurang sempurna hanya dapat dibantu dengan alat
optik atau alat elektronik tertentu dan
mereka diharuskan duduk di bangku depan. Namun para siswa yang mengalami kesulitan belajar karena
faktor lingkungan dan faktor emosi tidak memerlukan
kacamata seperti yang dibutuhkan siswa B
namun mereka membutuhkan
bantuan dan motivasi lebih dari gurunya.
Pengalaman
sebagai guru telah menunjukkan bahwa ada siswa
yang sering membuat ulah di kelas dengan
maksud agar diperhatikan guru dan temannya. Setelah diselidiki ternyata ia kurang mendapat perhatian orang
tuanya. Untuk anak seperti ini, sudah seharusnya
para guru lebih memberikan perhatian dan kasih sayang. Sekali lagi,
kesabaran,
ketekunan dan ketelatenan para guru sangat diharapkan di dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Guru dapat menyarankan orang
tua siswa tertentu untuk memberi tambahan pelajaran khusus di sore hari untuk siswa yang lamban.
Yang
lebih penting dan sangat menentukan adalah peran
guru pemandu, kepala sekolah, pengawas maupun Kepala Kantor Depdiknas di dalam menangani kesulitan
belajar siswa yang disebabkan oleh faktor-faktor
kependidikan. Pada akhirnya penulis meyakini bahwa pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar ini akan sangat bermanfaat bagi pemerhati kemajuan pendidikan,
dengan membaca diharapkan para guru akan mengetahui, selanjutnya dapat
menggunakan pengetahuan tersebut dalam PBM terutama
ketika ia sedang mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Pada akhirnya, mudah-mudahan usaha setiap pelaku pendidikan dapat mencerdaskan
kehidupan bangsa dan akan berhasil dengan gemilang.
I. Penutup
Belajar
adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah
lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif,
afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Adapun Ciri-ciri
belajar adalah sebagai berikut :
1. Adanya
kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
2.
Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat
disimpan.
3.
Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4.
Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan,
tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Pembelajaran
adalah kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang ditandai
dengan adanya perubahan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Daftar
Pustaka
Budiningsih,
C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005.
Cooney,
T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B. (1975). Dynamics of Teaching
F. Hill,
Winfred. 1990. Theories Of Learning; Teori- Teori Pembelajaran, Alih Bahasa M.
Khozim. ……………….Bandung: Nusa Media
Hall
S. Calvin & Lindzey, Gardner, Psikology kebribadian 3, Teori-Teori
sifat dan behavioristik(diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New
york, Santa barbara Toronto, 1978) , yogyakarta: Kanisius 1993.
Hill,
F., Winfred, Theories of learning (diterjemahkan oleh M.khozin dari
karya aslinya, Learning:A survey of Psycological Interpretations, Harper
Collins Publisher, 1990), Bandung:Nusa Dua, 2009.
Mulyati.
2005. Psikologi Belajar. Surakarta: Andi
Secondary School Mathematics. Boston :
Houghton Mifflin Company.
Seivert,
Kelvin. 2008. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan. Yogyakarta:
IRCiSoD
Stenberg,
Robert J. 2008. Psikologi Kognitif Edisi Keempat. Yogyakarta. Pustaka pelajar
BAGUS BANGET BLOGNYA... TERIMAKASIH BANYAK ATAS ILMU-ILMUNYA PAK.!!!
BalasHapus