BAB XIV
PENGARUH
GLOBALISASI TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU
1.
Pendahuluan
Dewasa ini, perubahan zaman membawa dampak bagi seluruh Negara. Dengan
adanya perubahan zaman, pola pikir manusiapun ikut berubah. Perubahan zaman
membawa dampak positif maupun negatif. Perubahan ini terjadi karena adanya
perubahan Globalisasi.
Globalisasi adalah kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan masyarakat
domestik/lokal ke dalam kemunitas global di berbagai bidang. Akibat adnya Era
Globalisasi membawa pengaruh kepada seluruh aspek, baik dari segi Pendidikan,
Ekonomi, Sosial, IPTEK, bahkan moral anak remaja pun mengalami perubahan. Hal
yang sangat mengguncangkan bagi seluruh Negara adala masalah perekonomian.
Tetapi di Indonesia tidak hanya itu, krisis moral anak remajapun sangat
memprihatinkan.
Moral atau perilaku anak remaja di Indonesia mengalami perubahan karena
adanya pengaruh dari Negara luar yang dibawa ke Indonesia. Itu semua langsung
disegrap begitu saj tanpa memikirkan atau memilah perilaku yang seharusnya di ambil
oleh anak remaja di Indonesia.
Dahulu, moral anak Indonesia bisa diacungkan jempol. Dilihat dari
tatakramanya, sopan santun dan tutur bahasanya yang baik. Tetapi kini, moral
atau perilaku anak remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Banyak sekali perilaku-perilaku
menyimpang yang kian marak terjadi di Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan
tersebut sebagian besar dilakukan atau dialami oleh anak remaja. Penyimpagan
yang dilakukan biasaya seperti, free sex, narkoba, dan lain-lain. Kejadian itu
sangat memprihatinkan bagi bangsa Indonesia karena anak remaja itu merupakan
generasi penerus bangsa. Bagaimana jadinya jika generasi penerus itu memiliki
perilaku yang jelek bahhkan tidak baik?.
2. Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global,
yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang
mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga
bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu
proses sosial, atau proses sejarah, atau
proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama
lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat
globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki
pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi
tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir.
Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan
negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab,
globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan
berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan
peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di
seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer,
dan bentuk-bentuk interaksi yang lain
sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit.
3. Teori Globalisasi
1).
Globalisasi menurut Ahmad Suparman
Globalisasi adalah suatu proses menjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini
tanpa dibatasi oleh wilayah.
2). lobalisasi menurut Scholte
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan
orang dengan globalisasi:
a)
Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai
meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap
mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung
satu sama lain.
b)
Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan
semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor,
lalu lintas devisa, maupun migrasi.
c)
Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan
sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia.
Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
d)
Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu
bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari
barat sehingga mengglobal.
e)
Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti
kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi
pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada
pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan
sekadar gabungan negara-negara.
3). Teori globalisasi
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya
dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata
terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka
percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan
hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian,
para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses
tersebut.
Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik
perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan
masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah
fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang
memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai
sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk
kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi.
Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika
memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah
menjadi sebuah fenomena internasional selama
ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap
lanjutan, atau evolusi, dari
produksi dan perdagangan kapital.
Para transformasionalis berada di antara para globalis dan
tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat
dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa
sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat
bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan
yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar
tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini
bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat
dikendalikan.
4. Ciri Globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena
globalisasi di dunia.
a.
Perubahan dalam keadaan ruang dan waktu. Perkembangan
barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan
bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan
massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang
berbeda.
b.
Pasar dan
produksi ekonomi di negara-negara
yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan
perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan
dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
c.
Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa
(terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga
internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan
pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya
dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
d.
Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan
hidup, krisis multinasional, inflasi regional
dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini
telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens
menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut
ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang
ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan
ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan
globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
5. Pengertian Perilaku
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan
sebagai tingkah laku, perbuatan,
atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat
diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu
yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku
tidak boleh disalah artikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan
dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara
khusus ditujukan kepada orang lain.
Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya
dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang
memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku
seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi
oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang
dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat
kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan,
berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
6. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
1.
Genetika
4.
Kontrol perilaku pribadi - adalah kepercayaan seseorang
mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.
1). Perilaku
Menyimpang
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation),
sedangkan pelaku atau individu yang
melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku
menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di
dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
2). Pengertian Perilaku Menyimpang
Ada beberapa defenisi perilaku menyimpang, yang diajukan oleh beberapa
Sosiolog. Antara lain :
a.
J James Vander Zanden
Perilaku
meyimpang : Perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas
toleransi oleh sejumlah besar orang.
b.
J Robert M. Z. Lawang
Perilaku
menyimpang : semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam
suatu sistem sosial (masyarakat) dan menimbulkan usaha dari mereka yang
berwenang untuk memperbaiki hal tersebut.
c.
J Bruce J. Cohen
Perilaku
menyimmpang : Setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri ( tidak
bisa bersosialisasi/beradaptasi ) dengan kehendak-kehendak masyarakat.
d.
J Paul B. Horton
Perilaku
menyimpang : setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap
norma-norma kelompok atau masyarakat
3). Ciri-ciri
Perilaku Menyimpang
1.
Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan
menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan
diketahui penyebabnya.
2.
Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku
menyimpang tidak selamanya negatif, ada kalanya penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya
wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan penyimpangan sosial
yang ditolak masyarakat.
3.
Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua
orang pernah melakukan perilaku menyimpang, akan tetapi pada batas-batas
tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya
hanya pada frekuensi dan kadar
penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan setiap orang
cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan
penyimpangan mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya.
4.
Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya
ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan
tetapi pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata
dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah
menjadi pengetahuan umum dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
5.
Terdapat norma-norma penghindaran dalam
penyimpangan. Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang
untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara
terbuka. Jadi norma-norma
penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang
bersifat setengah melembaga.
6.
Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan sosial
tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai
alat pemikiran stabilitas sosial.
4). Penyebab
Terjadinya Perilaku Menyimpang
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab
penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1.
Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari
seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2.
Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari
luar (lingkungan). Misalnya
keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya
penyimpangan seorang individu (faktor
objektif), yaitu
1.
Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang
yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia
tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi
akibat dari proses sosialisasi yang tidak
sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken
home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan
sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai
anggota keluarga.
2.
Proses belajar yang
menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya
membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang.
Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang
menyimpang. Misalnya, seorang anak yang melakukan tindakan kejahatan setelah
melihat tayangan rekonstruksi cara melakukan
kejahatan atau membaca artikel yang memuat
tentang tindakan kriminal. Demikian halnya karier penjahat kelas kakap yang
diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin
berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga
terjadi pada penjahat berdasi putih (white collar crime) yakni para
koruptor kelas kakap yang merugikan uang negara bermilyar- milyar. Berawal dari
kecurangan-kecurangan kecil semasa bekerja di kantor/mengelola uang negara,
lama kelamaan makin berani dan menggunakan berbagai strategi yang sangat rapi
dan tidak mengundang kecurigaan karena tertutup oleh penampilan sesaat.
3.
Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang
menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang
tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka
terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat
makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk melawan
kesewenangan tersebut. Pemberontakan bisa dilakukan secara terbuka maupun
tertutup dengan melakukan penipuan-penipuan/pemalsuan data agar dapat mencapai
tujuannya meskipun dengan cara yang tidak benar. Penarikan pajak yang tinggi
akan memunculkan keinginan memalsukan data, sehingga nilai pajak yang dikenakan
menjadi rendah. Seseorang mencuri arus listrik untuk
menghindari beban pajak listrik yang tinggi. Hal ini merupakan bentuk
pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi.
4.
Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang
umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika
pergaulan itu mempunyai pola-pola
perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola
perilaku menyimpang.
5.
Akibat proses sosialisasi nilai-nilai
sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku
menyimpang) menyebabkan anak secara tidak sengaja menganggap bahwa perilaku
menyimpang tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan sebagai
proses belajar dari
sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang
pada diri anak dan anak menganggap perilaku menyimpang
merupakan sesuatu yang wajar/biasa dan boleh dilakukan.
5). Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai
berikut.
a. Bentuk
penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Penyimpangan
bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan
yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung
unsur-unsur inovatif, kreatif, dan
memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini
biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya
emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karier.
2. Penyimpangan
bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan
yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu
mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah
sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat
pada umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata cara dan
sopan santun. Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai
berikut:
a) Penyimpangan
primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang
dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang.
Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih diterima di masyarakat
karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya,
siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali melanggar peraturan lalu lintas,
dan orang yang terlambat membayar pajak.
b) Penyimpangan
sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder adalah perilaku
menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah
serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minum-minuman keras
dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang melakukan tindakan
pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan masyarakat dan
mereka biasanya di cap masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”,
"penodong", dan "pemerkosa". Julukan itu makin melekat pada
si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.
b. Bentuk
penyimpangan berdasarkan pelakunya, yaitu sebagai berikut :
1.
Penyimpangan
individual (individual deviation)
Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang
menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya,
seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan,
seperti: mencuri, menodong, dan memeras. Penyimpangan individu berdasarkan
kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
a) Pembandel
yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar
mengubah pendiriannya yang kurang baik.
b)
Pembangkang
yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
c)
Pelanggar
yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum yang berlaku
dalam masyarakat.
d)
Perusuh atau
penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan norma-norma umum,
sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
e)
Munafik
yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji, berkata bohong, mengkhianati
kepercayaan, dan berlagak membela.
6).
Akibat Dari Perilaku Menyimpanng
Akibat yang
dilakukan jika kita melakukan perilaku menyimpang diantaranya,
1.
Dikucilkan
dari masyarakat
2.
Terkena
berbagai macam penyakit dari perilaku menyimpang, misalnya AIDS, Kanker
Serviks. Ini disebabkan karena perilaku menyimpang pada perilaku bergaulan
bebas.
3.
Masa depan
akan menjadi suram karena terpuruknya moral.
7). Peran Orang Tua terhadap Pergaulan Masa Kini
Mendidik dan mendewasakan anak adalah tugas dan tanggung jawab orang tua
yang sudah menjadi suatu naluri atau instink (animal instinc), karena proses
keberadaan sang anak serta pembentukkan sifat dan karakternya semua terpulang
pada orang tua. Orang tua adalah panutan dan tauladan yang selalu dijumpai anak
pada setiap waktu dan kesempatan dalam keluarga. Dan orang tua merupakan kunci
strategi dalam mengatasi segala masalah yang dihadapi oleh sang anak. Cinta
orang tua adalah penguatan tanpa syarat terhadap hidup dan kebutuhan anak.
Penguatan (afirmasi) hidup anak mempunyai segi :
1.
Perhatian
2.
Tanggung jawab
Cinta kasih orang tua tidak hanya sekedar menghadirkan anak ke dunia saja,
tetapi pemeliharaan dan pendewasaan yang bersifat paripurna dan sempurna,
termasuk di dalamnya kemampuan untuk beradaptasi dan berakselarasi dengan
lingkungan yang berhubungan dengan norma dan ketrampilan hidup.
Di dalam keluarga, tugas pokok orang tua adalah mendidik dan mendewasakan
anak-anaknya agar menjadi orang-orang yang berguna dan berakhlak mulia. Orang
tua tidak hanya berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga
kebutuhan rohani, perhatian, kasih sayang dan komunikasi yang baik.
Keluarga adalah pilihan yang tepat untuk membicarakan masalah yang dihadapi
anak (remaja putri) sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Orang
tua mempunyai andil dan peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas
hidup remaja putri dengan cara mengarahkan dan membimbing sikap dan perilaku,
mengenal kepribadian dan watak anak, mampu menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam membina hubungan yang akrab antara orang tua dan anak. Untuk
itu orang tua dituntut harus dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan baik
sehingga anak tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan. Peran orang
tua dalam hal ini adalah :
1)
Sebagai panutan
Orang tua harus menjadi suri teladan atau memberi
contoh yang baik, dari hal sikap dan perilaku sehari-hari bagi anak-anaknya.
Dengan demikian, anak-anak dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma
agama dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
2)
Sebagai perawat dan pelindung
Orang tua mempunyai tugas merawat kebersihan,
kesehatan serta mempersiapkan kebutuhan anak sehari-hari seperti makan, pakaian
dan lain-lain. Orang tua diharapkan mampu mengayomi terutama di saat anak
menghadapi kesulitan sehingga anak akan merasa aman, tenteram dan senang hidup
bersama keluarga.
3)
Sebagai pendidik dan sumber informasi
Fungsi orang tua sebagai pendidik dalam keluarga
adalah yang pertama dan utama, karena orang tua adalah orang yang paling dekat
dan penuh tanggung jawab terhadap proses pendidikan anak sejak dari kandungan
hingga usia dewasa. Selain sebagai pendidik dalam keluarga, orang tua juga
harus berfungsi sebagai sumber informasi/pengetahuan yang baik dan benar bagi
anak.
4)
Sebagai pengarah dan pembatas
Orang tua harus mempu mengarahkan sikap, tingkah laku,
dan cita-cita anak, demi masa depan yang baik bagi dirinya maupun keluarga.
Disamping itu pula, orang tua harus mampu sebagai pembatas sikap dan perilaku
agar anak tidak terjerumus pada situasi yang tidak baik (kenakalan remaja).
5)
Sebagai teman dan penghibur
Pada umunya remaja tidak ingin dianggap anak-anak
lagi, mereka ingin diperlakukan sebagai pribadi yang utuh. Untuk itu orang tua
harus dapat berperan sebagai teman baik dalam senang maupun susah, juga mampu
menjadi penghibur di saat anak-anak kecewa.
6)
Sebagai pendorong
Dalam menghadapi masa peralihan menuju dewasa,
kadang-kadang remaja memerlukan dorongan dan semangat dari orang tua terutama
di saat mengalami kegagalan. Dengan dorongan dan semangat dari orang tua,
remaja akan lebih merasa percaya diri dan pantang menyerah terhadap segala
bentuk kesulitan.
Hal-hal yang harus difahami dan diperhatikan oleh orang tua dalam membina
remaja putra dan putri, antara lain :
1.
Bagaimana pola asuh
2.
Bagaimana konsep diri yang sehat
3.
Bagaimana ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
remaja serta pergaulan remaja dan tahu membatasi pergaulan yang dapat
menjerumuskan anak kepada hal-hal yang tidak diinginkan
4.
bagaimana orang tua dapat menjelaskan akibat dari
pergaulan diluar batas antara pria dan wanita
5.
Bagaimana kebutuhannya
6.
Bagaimana menanam rasa percaya diri
7.
Bagaimana memberi penghargaan
8.
Bagaimana kemandiriannya
Apabila orang tua dapat mengetahui dan menjalankan fungsi dan perannya
dengan baik sebagai pendidik dalam keluarga, maka remaja putra dan putri dapat
terhindar dari pengaruh buruk dan hal-hal yang tidak diinginkan.
8). Upaya-upaya
Agar Terhindar dari Perilaku Menyimpang
Upaya-uapaya agar terhindar dari perilaku menyimpang yaitu:
1.
Adanya motivasi dari keluarga, guru, maupun teman
sebaya untuk menjalankan hidup bersih dan sehat.
2.
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik
3.
Remaja membentuk ketahanan diri melalui pendalaman
agama agar tidak mudah terpengaruh
4.
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin
perjalanan figure orang-orang dewasa
yang baik dan telah melampaui masa remajanya dengan sehat dan baik.
7. Penutup
Dengan adanya peruabahn globalisasi di dunia ini, maka akan mempengaruhi
perilaku anak remaja masa kini. Tidak hanya dari dalam saja pengaruh itu
datang, tetapi dari luarpun lebih mempengaruhi. Kebanyakan pengaruh yang di
ambil adalah perilaku negative dari luar yang di bawa ke Negara ini. Sehingga
menyebabkan moral anak remaja menjadi buruk.
Akibat dari perilaku menyimpang bisa di dapatkan dari media yang di lihat
maupun yang di dengar. Perlu adanya bimbingan dari orang tua, guru maupun teman
supaya tidak terjerumus kepada hal-hal yang menyimpang. Akibat dari perilaku
menyimpang tersebut sangat berpengaruh kepada masa depan anak.
Upaya yang dilakukan agar anak remaja terhindar dari perilaku menyimpang
yaitu, Adanya motivasi dari keluarga, guru, maupun teman sebaya, remaja pandai
memilih teman dan lingkungan yang baik, remaja membentuk ketahanan diri agar
tidak mudah terpengaruh, remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figure
orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik.