QUANTUM TEACHING DAN
QUANTUM LEARNING
A.
Pendahuluan
Quantum
teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Dalam
quantum teaching juga menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang
memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis
dalam lingkungan kelas. Interaksi yang menjadikan landasan dan kerangka untuk
belajar (De porter. B, 2004). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa quntum
teaching adalah orkrestasi atau simfoni bermacam-macam interaksi yang ada
mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.
Unsur tersebut terbagi menjadi dua kategori yaitu: konteks dan isi. Konteks
adalah latar belakang pengalaman guru. Sedangkan isi adalah bagaimana tiap
frase musik dimainkan (penyajian) seperti fasilitasi dari ahli sang maestro
terhadap orchestra dan pemanfaatan dari bakat setiap pemain musik dan potensi
setiap instrumen.
Interaksi
dari konteks dan isi dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi
cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Jika dikaitkan
dengan situasi belajar-mengajar sekolah, unsur-unsur yang sama tersusun dengan
baik yaitu suasana, lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan fasilitas.
Empat ciri dari kerangka konseptual tentang langkah-langkah pengajaran dalam
quantum teaching yaitu: (1) adanya unsur demokrasi dalam pengajaran; (2) adanya
kepuasan pada diri si anak; (3) adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi
atau suatu keterampilan yang diajarkan; dan (4) adanya unsur kemampuan pada
seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak, dalam bentuk
konsep, teori, model dan sebagainya, (De porter. B, 2004).
Unsur
demokrasi dalam pengajaran quantum teaching dapat dilihat dari adanya
kesempatan yang luas kepada seluruh para siswa untuk terlibat aktif dan
partisipasi dalam tahapan-tahapan kajian terhadap suatu mata pelajaran,
sehingga memungkinkan munculnya dan terekspresikannya seluruh potensi dan bakat
yang terdapat pada diri si anak. Sedangkan kepuasan pada diri si anak muncul
dari adanya pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan oleh si
anak secara proporsional. Adapun pemantapan dalam menguasai materi atau suatu
keterampilan yang diajarkan dapat dilihat dari adanya pengulangan terhadap
sesuatu yang sudah dikuasai si anak.
1. Arti
Quantum Teaching Menurut De porter. B (2004), kata quantum berarti interaksi
antara paket-paket energi dalam energi foton yang terquantisasi, sedangkan
quantum teaching dalam pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi di dalam
kelas antara siswa dengan lingkungan belajar yang efektif. Dalam quantum
teaching bersandar pada konsep ‘bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan
antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran
dengan quantum teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari
siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan
hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar. Dengan quantum teaching
kita dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan
pada fungsinya masing-masing. Otak kiri menangani angka, susunan, logika,
organisasi, dan pemikiran rasional dengan pertimbangan yang deduktif dan
analitis. sedangkan otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan
penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang
memerlukan kreativitas, orisinil, daya cipta dan bakat artistik (De porter. B,
2004).
2. Asas
Utama Quantum Teaching Menurut De porter. B (2004), asas utama quantum teaching
adalah “bawalah dunia mereka kedunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia
mereka”. Dari asas utama ini, dapat disimpulkan bahwa langkah awal yang harus
dilakukan dalam pengajaran yaitu mencoba memasuki dunia yang dialami oleh
peserta didik. Cara yang dilakukan seorang pendidik meliputi: untuk apa mengajarkan
dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan
rumah, sosial, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu
terbentuk, maka dapat membawa mereka kedalam dunia kita dan memberi mereka
pemahaman mengenai isi dunia itu. “Dunia kita” dipeluas mencakup tidak hanya
para siswa, tetapi juga guru. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan
penguasaan lebih mendalam, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari kedalam
dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru.
3.
Prinsip-Prinsip Quantum Teaching Menurut De porter. B (2004), prinsip-prinsip
quantum teaching adalah struktur chart dasar dari simfoni. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
Segalanya berbicara; Segalanya bertujuan; Pengalaman sebelum pemberian nama;
Akui setiap usaha; dan Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Dengan
demikian, segalanya berbicara seperti yang ada dari lingkungan kelas dan bahasa
tubuh, serta rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
Sedangkan segalanya bertujuan dapat digambarkan melalui segala sesuatu yang
terjadi dalam proses belajar mengajar memiliki tujuan tertentu. Oleh karena
itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi
sebelum mereka memperoleh nama untuk yang mereka pelajari. Belajar pada
hakikatnya mengandung konsekuensi ketika peserta didik mulai melangkah untuk
belajar yang bagaimanapun untuk setiap usaha dan pekerjaan untuk belajar yang
dilakukan selalu dianggap perlu dan akan berpengaruh terhadap hasil pekerjaan
yang lebih baik, maka pengakuan dari setiap usaha akan berperan menciptakan
perasaan nyaman dan percaya diri, serta dapat menciptakan lingkungan paling
baik untuk membantu mengubah diri menuju arah yang diinginkan. Pengakuan
tersebut akan lebih lengkap dengan dibuktikan melalui sebuah perayaan sebab
perayaan merupakan ungkapan kegembiraan atas keberhasilan yang diperoleh dan
juga dengan perayaan akan memberikan umpan balik mengenai kemajuaan dan akan
meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar (De porter B, 2003).
4. Model
Quantum Teaching Menurut De porter, B (2004), quantum teaching mempunyai dua
bagian penting yaitu dalam seksi konteks dan dalam seksi isi. Dalam seksi
konteks, akan menemukan semua bagian yang dibutuhkan untuk mengubah: suasana
yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan
rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan dalam seksi isi, akan menemukan
keterampailan penyampaian untuk kurikulum apapun, disamping strategi yang
dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari:
penyanjian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk
belajar, dan keterampilan hidup.
5. Sintaks
Pembelajaran Quantum Teaching Sintaks pembelajaran quantum teaching adalah
tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan (TANDUR). Adapun
maksudnya adalah: Menumbuhkan minat dengan memuaskan “apakah manfaatnya bagiku
(pelajar)” dan memanfaatkan kehidupan pelajar; Menciptakan atau mendatangkan
pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar; Menamai kegiatan yang
akan dilakukan selama proses belajar mengajar dengan menyediakan kata kunci,
konser, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”; Menyediakan kesempatan bagi
pelajar untuk menunjukkan (mendemonstrasikan) bahwa mereka tahu; Menunjuk
beberapa pelajar untuk mengulangi materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku
memang tahu ini”; Merayakan atas keberhasilan yang sudah dilakukan oleh pelajar
sebagai pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan
dan ilmu pengetahuan (De porter B, 2003).
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20
Tahun 2003 dijelaskan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (2005: 65-66).
Upaya pembaharuan pendidikan sebagaimana yang
tertuang di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, adalah
reorientasi pendidikan ke arah pendidikan berbasis kompetensi. Di dalam
pembelajaran berbasis kompetensi tersebut tersirat adanya nilai-nilai
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, sebagai pribadi yang integral,
produktif, kreatif dan memiliki sikap kepemimpinan dan berwawasan keilmuan
sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Indikator ini akan terwujud apabila
diiringi dengan upaya peningkatan mutu dan relevansi sumber daya manusia (SDM)
melalui proses pada berbagai jenjang pendidikan.
Di kalangan umum, terutama siswa sekolah dasar,
menengah dan perguruan tinggi, belajar tidak pernah menjadi hal yang
menyenangkan bagi mereka, belajar dipandang sebagai musuh yang patut dijauhi,
kini belajar adalah hal yang menyenangkan dan nyaman tanpa perasaan cemas,
takut, dan lelah dengan panduan dari pembelajaran learning
Penulis mencoba
memaparkan ihwal pembelajaran quantum secara relatif utuh dan lengkap agar kita
dapat mengenalinya lebih baik dan mampu menempatkannya secara proporsional di
antara berbagai
falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya yang sekarang juga berkembang dan
populer di Indonesia. Secara berturut-turut, tulisan ini memaparkan:
1. Sejarah
pembelajaran quantum
2. Arti
quantum teaching
3. Perbedaan
quantum teaching dan quantum learning
4. Paradigma
pembelajaran quantum
5. Prinsip
quantum teaching
6. Strategi
pembelajaran quantum learning
B. Pembahasan
1. Sejarah
Pembelajaran Quantum
Tokoh
utama di balik pembelajaran adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga
yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua
bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis,
pencetus, dan pengembang utama pembelajaran. Semenjak tahun 1982 DePorter
mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran di Super Camp, sebuah
lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California,
Amerika Serikat. Super Camp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning
Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran
guna pengembanga potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya,
terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah
Singer Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan
gagasan-gagasan pembelajaran kepada para remaja di Super Camp selama
tahun-tahun awal dasawarsa 1980an.
Dia
belajar dari Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang
bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau
“Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi
hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun dapat ,memberikan sugesti
positif ataupun negatif. Istilah lain dari suggestology adalah accelerated
learning ( pemercepatan belajar).
Kemudian
metode pembelajaran merambah ke berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia,
mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan
perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa
sebenarnya pembelajaran merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang
bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
Falsafah
dan metodologi pembelajaran yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan
diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan
secara utuh dan lengkap dalam buku Learning.
Teaching
dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter
yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui
berbuat. Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di
kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya.
Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Learning merupakan konsep
untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip
sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Teaching
diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum
sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar
bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.
Dalam
Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai
gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik,
dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke
dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Teaching, tidak ada siswa
yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya
belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu
penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan,
segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan
rayakan.
Learning
merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain siswa dan
guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan
berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya
belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan
dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya
setelah mengkaji sesuatu dengan cara Learning. Segalanya dapat dengan mudah,
cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan.
Konsep
itu sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun de Porter.
Dilakukan sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991, yang
melibatkan sekitar 6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil
mendongkrak potensi psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80%, nilai
belajar 73% , meningkatkan harga diri 84% dan melanjutkan penggunaan
keterampilan 98%. Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep
Fisika Quantum yaitu:
E
= mc2
E
= Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)
M
= massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c
= interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
Berdasarkan
persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta
akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada
peserta didik.
2. Arti
Quantum Teaching
Kata
Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi
Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara
menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui
interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Dalam
Quantum Teaching bersandar pada konsep ‘Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan
antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran
dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari
siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan
hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.
Dengan
Quantum teaching kita dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak
kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Penelitian di Universitas
California mengungkapkan bahwa masing-masing otak tersebut mengendalikan
aktivitas intelektual yang berbeda.
Otak
kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang memerlukan
pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan yang deduktif dan analitis.
Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal yang bersifat
matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus, dengan
mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama.
Otak
kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya
warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas,
orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai,
kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri
dengan segala rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan
segala ukuran dan dimensi yang mengikat.
3. Perbedaan
Quantum Teaching dan Quantum Learning
Quantum
Teaching dan Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama
dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan
belajar melalui berbuat. Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran
guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran,
dan mengevaluasinya. Pola Quantum Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu,
Quantum Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta,
konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan
berkesan. Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning
diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu
tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan
terintegrasi.
Dalam
Quantum Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan
berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan
daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia
guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Quantum Teaching,
tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena
titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti,
guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada
segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama,
akui setiap usaha, dan rayakan.
Quantum
Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain
sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara
mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih
dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar
akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya
setelah mengkaji sesuatu dengan cara Quantum Learning. Segalanya dapat dengan
mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang
menyenangkanTeaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama
dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan
belajar melalui berbuat.
1)
Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas,
berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola
Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
2)
Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep,
prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan
berkesan. Pola Teaching terangkum
dalam konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku
Jadi,
Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat
umum sebagai pembelajar
4. Paradigma
Belajar Model Quantum Learning
Dalam
belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar ini paradigma
yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :
a.
Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi
sebagai fasilitator.
b.
Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana
yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan
duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik
sehingga peserta merasa santai dan relak.
c.
Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda
yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan
demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi
atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d.
Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk
sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
5. Prinsip-prinsip
Quantum Teaching
Prinsip dari Quantum Teaching, yaitu:
1)
Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran
semuanya menyampaikan pesan tentang belajar.
2)
Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi
yang kita ajarkan.
3)
Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak
konsep.
4)
Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun.
5)
Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada
siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi
tepuk tangan, berkata: bagus!, baik!, dll.
Rancangan
Belajar Quantum Teaching
Rancangan Belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai
TANDUR
1)
Tumbuhkan.
tumbuhkan minat dengan memuaskan “apakah manfaat bagiku ” (ambak), dan
manfaatkan kehidupan pelajar.
2)
Alami.
ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
3)
Namai. sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”.
4)
Demonstrasikan. sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa
mereka tahu”.
5)
Ulangi. tunjukkan pelajar cara-cara
mengulang materi dan menegaskan , “aku tahu dan memang tahu ini”.
6)
Rayakan.
pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan
ilmu pengetahuan
Prinsip dapat berarti:
1)
aturan
aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal
2)
sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental. Pembelajaran juga dibangun di
atas aturan aksi, hukum, aksioma, dan atau doktrin fundamental mengenai dengan
pembelajaran dan pembelajar. Setidak-tidaknya ada tiga macam prinsip utama yang
membangun sosok pembelajaran .
Ketiga
prinsip utama yang dimaksud sebagai berikut.
a.
Prinsip
utama pembelajaran berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia
Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka
(Pembelajar). Setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan
kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama
tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar
sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga mengharuskan pengajar untuk
membangun jembatan otentik memasuki kehidupan pembelajar. Untuk itu, pengajar
dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki pembelajar sebagai titik
tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baik
dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar menuju kesadaran
dan ilmu yang lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka baik
pembelajar maupun pembelajar akan memperoleh pemahaman baru. Di samping berarti
dunia pembelajar diperluas, hal ini juga berarti dunia pengajar diperluas. Di
sinilah Dunia Kita menjadi dunia bersama pengajar dan pembelajar. Inilah
dinamika pembelajaran manusia selaku pembelajar.
b.
Dalam pembelajaran juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan
permainan orkestra simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur, pemainan
simfoni ini memiliki struktur dasar chord. Struktur dasar chord ini dapat
disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran . Prinsip-prinsip dasar ini ada lima
macam berikut ini.
1.
Ketahuilah bahwa Segalanya Berbicara Dalam pembelajaran quantum, segala sesuatu
mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan
ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai
dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
2.
Ketahuilah bahwa Segalanya Betujuan Semua yang terjadi dalam proses pengubahan
energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak
bertujuan. Baik pembelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa kejadian yang
dibuatnya selalu bertujuan.
3.
Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului Penamaan Proses pembelajaan paling baik
terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh
nama untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia
berkembang pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan
menggerakkan rasa ingin tahu.
4.
Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran Pembelajaran atau
belajar selalu mengandung risiko besar. Dikatakan demikian karena pembelajaran
berarti melangkah keluar dari kenyamanan dan kemapanan di samping berarti
membongkar pengetahuan sebelumnya. Pada waktu pembelajar melakukan langkah
keluar ini, mereka patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan
diri mereka. Bahkan sekalipun mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan
atas usaha yang mereka lakukan.
5.
Sadarilah bahwa Sesuatu yang Layak Dipelajari Layak Pula Dirayakan Segala
sesuatu yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti layak pula dirayakan
keberhasilannya. Perayaaan atas apa yang telah dipelajari dapat memberikan
balikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
pembelajaran.
c. Dalam pembelajaran juga berlaku
prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan
kata lain, pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh
karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi
pembelajaran
Ada
delapan prinsip keunggulan yang juga disebut delapan kunci keunggulan yang
diyakini dalam pembelajaran . Delapan kunci keunggulan itu sebagai berikut.
1. Terapkanlah Hidup dalam Integritas
Dalam
pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika
nilai-nilai dan perilaku kita menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi
belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain,
integritas dapat membuka pintu jalan menuju prestasi puncak
2. Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan
Dalam
pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan
dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih
lanjut sehingga kita dapat berhasil. Kegagalan janganlah membuat cemas terus
menerus dan diberi hukuman karena kegagalan merupakan tanda bahwa seseorang
telah belajar.
3.
Berbicaralah dengan Niat Baik
Dalam
pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan
bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Niat baik berbicara
dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar pembelajar.
4.
Tegaskanlah Komitmen
Dalam
pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa
ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan. Untuk itu, mereka perlu
melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan. Di sinilah perlu dikembangkan
slogan: Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang memang harus saya selesaikan,
bukan yang hanya saya senangi.
5. Hidup Saat Ini
Puasatkanlah perhatian anda pada
saat ini, dan manfaatkan waktu sebaik-baiknya, kerjakan setiap tugas sebaik
mungkin
6. Jadilah Pemilik
Dalam
pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin
terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. Karena itu, pengajar dan
pembelajar harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas mereka. Mereka
hendaklah menjadi manusia yang dapat diandalkan, seseorang yang bertanggung
jawab.
7. Tetaplah Lentur
Dalam
pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar, lebih-lebih pengajar, harus
pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah
lingkungan dan suasana bilamana diperlukan. Misalnya, di kelas guru dapat saja
mengubah rencana pembelajaran bilamana diperlukan demi keberhasilan
siswa-siswanya; jangan mati-matian mempertahankan rencana pembelajaran yang
telah dibuat.
8. Pertahankanlah Keseimbangan
Dalam
pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan
dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal. Tetap
dalam keseimbangan merupakan proses berjalan yang membutuhkan penyesuaian
terus-menerus sehingga diperlukan sikap dan tindakan cermat dari pembelajar dan
pengajar.
6. Strategi Pembelajaran quantum Learning
Teknologi
baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam pembelajaran.
Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kita kepada situasi
belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with
fun. Apalagi dalam pembelajaran orang dewasa, learning with effort menjadi hal
yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas,
seperti kemauan berusaha, mudah bosan dll. Jadi proses pembelajaran yang
menyenangkan, kreatif, tidak membosankan menjadi pilihan para guru/fasilitator.
Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling tidak multimedia dapat
membuat belajar lebih efektif menurut pendapat beberapa pengajar. Sedangkan
Strategi pembelajaran yang lain, Seperti:
1. Teori otak kanan/kiri
2. Teori otak
tengah
3. Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)
4. Teori kecerdasan ganda
5. Pendidikan holistik (menyeluruh)
6. Belajar berdasarkan pengalaman
7. Belajar dengan symbol
8. Simulasi/permainan
C.
Penutup
Berdasarkan
paparan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran merupakan sebuah falsafah
dan metodologi pembelajaran yang umum yang dapat diterapkan baik di dalam
lingkungan bisnis, lingkungan rumah, lingkungan perusahanan, maupun di dalam
lingkungan sekolah (pengajaran). Secara konseptual, falsafah dan metodologi
pembelajaran membawa angin segar bagi dunia pembelajaran di Indonesia sebab
karakteristik, prinsip-prinsip, dan pandangan-pandangannya jauh lebih
menyegarkan daripada falsafah dan metodologi pembelajaran yang sudah ada (yang
dominan watak behavioristis dan rasionalisme).
Meskipun
demikian, secara nyata, keterandalan dan kebaikan falsafah dan metodologi
pembelajaran ini masih perlu diuji dan dikaji lebih lanjut. Lebih-lebih
kemungkinan penerapannya dalam lingkungan Indonesia baik lingkungan rumah,
lingkungan perusahaan, lingkungan bisnis maupun lingkungan kelas/sekolah (baca:
pengajaran). Khusus penerapannya di lingkungan kelas menuntut perubahan pola
berpikir para pelaksana pengajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, dan
struktur organisasi sekolah dan struktur pembelajaran. Jika perubahan-perubahan
tersebut dapat dilakukan niscaya pembelajaran dapat dilaksanakan dengan hasil
yang optimal. Secara konseptual, falsafah dan metodologi pembelajaran membawa
angin segar bagi dunia pembelajaran di Indonesia sebab karakteristik,
prinsip-prinsip, dan pandangan-pandangannya jauh lebih menyegarkan daripada
falsafah dan metodologi pembelajaran yang sudah ada (yang dominan watak
behavioristis dan rasionalisme).
Daftar Pustaka
Angkowo
dan Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta; Grasindo.
Arsyad,
Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta; Rajawali Pers.
Bahri
Djamarah, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta;
PT Rineka Cipta.
Buzan,
Tony, The Min Map Book, New York: Dutton, 1993
Dahar,
R.W. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta; Penerbit Erlangga
DePorter,
Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.
DePorter,
Bobbi dan Mike Hernacki. 2000. Business: Membiasakan Bisnis secara Etis dan
Sehat. Bandung: Penerbit KAIFA.
DePorter,
Bobbi and Mike Hernacki, Quantum Learning, New York: Dell Publishing, 2001
DePorter,
Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2001. Teaching: Mempraktikkan
Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Penerbit KAIFA.
Dryden,
Gordon dan Jeanette Vos. 1999. The Learning Revolution: To Change the Way the
World Learns. Selandia Baru: The Learning Web.
Heinich,
Molenda dan Russell, 1982. Instruksional Media and The New Technologies of
Instruction. New York; John Wiley & Sons
Lozanov,
George, Suggestology and Suggestopedia, Paris : makalah yang disajikan kepada
United Nations Educational Scientific and Cultural Organization, 1087
Meier,
Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbook. New York: McGraw-Hill.
Silberman,
Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Step to Teach Any Subject. Massachusetts:
A Simon and Schuster Company.
Sudjana,
Nana. 1985. Teori Teori Pembelajaran. Jakarta; Lembaga Penerbitan Ekonomi
Universitas indonesia.
Teknodik
Edisi No.9N. Jakarta; Pustekom Dikbud.
Yusufhadi
Miarso. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana Prenada Media Group.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar