TIPE DAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
A. Pendahuluan
Memahami karakter seseorang memang sangat sulit,
namun sangat penting. Apalagi kita sebagai pendidik selalu bersama
dengan peserta didik yang sangat banyak dan masing-masing mempunyai karakter-karakter
tersendiri. Keadaan atau proses belajar dan mengajar tidak dapat berjalan
dengan baik apabila kita tidak saling mengenal dengan peserta didik. Saling
mengenal tidak harus dengan menghafal nama-nama dari peserta didik, tetapi
pendidik harus mengenal kepribadian dari murid-muridnya.
Berdasarkan tipe-tipe kepribadian bahwa setiap sifat yang
baik pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicara selalu
merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat atau pribadi yang
tertutup, ada peserta didik yang kurang menghargai pendidikya dan mengaggap
suatu hal biasa. Kita sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego dan
menambah kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk mengingatkan
bahwa hal tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. Misalnya, anak yang
suka bergurau dan menganggap guru adalah teman, saat pendidik melakukan
kesalahan dan peserta didik mengejek dengan kata kurang sopan. Apabila kita
langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita, maka kita akan ditakuti
oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan yang lain langsung merasa
tegang dan akhirnya pada saat pelajaran, bukan suasana yang
menyenangkan yang didapat melainkan suasana tegang.
Kita sebagai pendidik harus melihat kepribadian siswa tersebut
apakah mudah tersingung atau tidak. Bila murid tersebut tidak mudah
tersinggung, kita bisa mengingatkan kesalahannya dengan cara lelucon. Namun
bila dia mudah tersinggung maka kita bisa menegur saat di luar jam pelajaran.
Bila suasana yang tercipta adalah tegang maka materi yang diberikan tidak
diserap hingga maksimal dan akhirnya prestasi menurun.
Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut
ini adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih
memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan
mengajar berlangsung dengan maksimal:
1.
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan
Tipe kepribadian dibagi menjadi
tiga, yaitu:
- Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
- Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
- Kepribadian Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
2.
Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009)
menyatakan
Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang
meliputi kepribadian sebagai berikut:
- Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
- Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
- Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive), neurotik.
- Dominan, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
- Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.
- Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
- Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
- Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
- Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
- Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
- Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
- Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
3.
Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)
Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah
atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh
yang menentukan temperamen seseorang. Tepe kepribadian itu antara lain:
- Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
- Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
- Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
- Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan.
4.
Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007)
menyatakan bahwa
Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat
jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
- Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
- Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
- Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia
dengan tipe campuran (dysplastic).
B.
Tipe/Gaya Belajar
1. Visual :
anak yang mempunyai cara belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi
muka penghajar/gurunya untuk mengerti materi pelajaran.
Ciri-ciri: Menyukai
deskripsi, sehingga seringkali ditengah-tengah membaca berhenti untuk
membayangkan apa yang dibacanya.
a)
Mengeja
: Mengenali huruf melalui rangkaian kata yang tertulis
b)
Menulis
: Hasil tulisan cenderung baik, terbaca jelas dan rapi.
c)
Ingatan
: Ingat muka lupa nama, selalu menulis apa saja.
d)
Imajinasi
: Memiliki imajinasi kuat dengan melihat detil dari gambar yang ada.
e)
Distraktibilitas: Lebih mudah
terpecah perhatiannya jika ada gambar.
f)
Pemecahan :
Menulis semua hal yang dipikirkan dalam suatu daftar.
g)
Respons terhadap periode kosong
aktivitas: Jalan-jalan melihat sesuatu yang dapat dilihat.
h)
Respon untuk situasi baru:
Melihat sekeliling dengan mengamati struktur.
i)
Emosi
: Mudah menangis dan marah, tampil ekspresif
j)
Komunikasi : Tenang
tak banyak bicara panjang, tak sabaran mendengar, lebih banyak mengamati.
k)
Penampilan : Rapi, paduan
warna senada, dan suka urutan.
l)
Respon terhadap seni: Apresiasi
terhadap seni apa saja yang dilihatnya secaramendalam dengan detil dan
komponen, daripada karya secara keseluruhan.
2. Auditori :
anak yang mempunyai cara belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan
menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan.
Ciri-ciri: Menikmati percakapan dan tidak
memperdulikan ilustrasi yang ada:
a.
Mengeja : Menggunakan
pendekatan melalui bunyi kata
b.
Menulis : Hasil tulisan
cenderung tipis, seadanya
c.
Ingatan : ingat nama lupa
muka,ingatan melaui pengulangan.
d.
Imajinasi : Tak mengutamakan
detil, lebih berpikir mengandalkan pendengaran.
e.
Distraktibilitas : Mudah
terpecah perhatiannya dengan suara.
f.
Pemecahan : Pemecahan masalah
melalui lisan.
g.
Respons terhadap periode kosong
aktivitas: Ngobrol atau bicara sendiri.
h.
Respon untuk situasi baru:
Bicara tentang pro dan kontra.
i.
Emosi : Berteriak kalau
bahagia, mudah meledak tapi cepat reda, emosi tergambar jelas melalui perubahan besarnya nada suara, dan tinggi rendahnya nada.
j.
Komunikasi : Senang mendengar
dan cenderung repetitif dalam menjelaskan.
Penampilan : Tak memperhatikan harmonisasi paduan warna dalam penampilan.
Penampilan : Tak memperhatikan harmonisasi paduan warna dalam penampilan.
k.
Respon terhadap seni: Lebih
memilih musik. Kurang tertarik seni visual, namun siap berdiskusi sebagai karya
secara keseluruhan,tidak berbicara secara detil dan komponen yang dilihatnya.
3. Taktil/Kinestetik : anak
yang mempunyai cara belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan
melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan
mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat.
Ciri-ciri:
a.
Membaca : Lebih memiliki bacaan
yang sejak awal sudah menunjukkan adanya aksi.
b.
Mengeja : Sulit mengeja
sehingga cenderung menulis kata untuk memastikannya
c.
Menulis :Hasil tulisan “nembus” dan
ada tekanan kuat pada alat tulis sehingga menjadi
sangat jelas terbaca.
d.
Ingatan : Lebih ingat apa yang
sudah dilakukan, daripada apa yang baru saja dilihat atau dikatakan.
e.
Imajinasi : Imajinasi tak
terlalu penting, lebih mengutamakan tindakan/kegiatan.
Distraktibilitas : Perhatian terpecah melalui pendengaran
Distraktibilitas : Perhatian terpecah melalui pendengaran
f.
Pemecahan : Pemecahan
masalah melalui kegiatan fisik dan aktivitas.
g.
Respons terhadap periode kosong
aktivitas: Mencari kegiatan fisik bergerak.
h.
Respon untuk situasi baru:
Mencoba segala sesuatu dengan meraba, merasakan dan memanipulasi.
i.
Emosi
: Melompat-lompat kalau gembira, memeluk, menepuk, dan gerakan
j.
tubuh keseluruhan sebagai luapan emosi.
k.
Komunikasi :
Menggunakan gerakan kalau bicara, kurang mampu mendengar dengan baik.
l.
Penampilan :
Rapi, namun cepat berantakan karena aktivitas yang dilakukan
m.
Respon terhadap seni: Respons terhadap
musik melalui gerakan. Lebih memiliki patung,
melukis yang melibatkan aktivitas gerakan.
C.
Strategi Mempermudah Proses
Belajar
Di bawah ini ada beberapa
strategi untuk mempermudah proses belajar anak:
1). Anak Visual:
1.
Gunakan materi visual
seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2.
Gunakan warna untuk
menghilite hal-hal penting.
3.
Ajak anak untuk membaca
buku-buku berilustrasi.
4.
Gunakan multi-media
(contohnya: komputer dan video).
5.
Ajak anak untuk mencoba
mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
2). Anak
Auditori:
1.
Ajak anak untuk ikut
berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
2.
Dorong anak untuk
membaca materi pelajaran dengan keras.
3.
Gunakan musik untuk
mengajarkan anak.
4.
Diskusikan ide dengan
anak secara verbal.
5.
Biarkan anak merekam
materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum
tidur.
3). Anak
Taktil/Kinestetik:
1.
Jangan paksakan anak
untuk belajar sampai berjam-jam.
2.
Ajak anak untuk belajar
sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda,
gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3.
Izinkan anak untuk
mengunyah permen karet pada saat belajar.
4.
Gunakan warna terang
untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5.
Izinkan anak untuk
belajar sambil mendengarkan music
D.
Karakteristik Peserta Didik
1.
Karakteristik Peserta Didik Usia Taman Kanak-kanak
Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu
sekitar 4-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai
pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan
mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).
2.
Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi
kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh maka
memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan
ekplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang tuanya.
Pertumbuhan otaknya pada usia lima
tahun sudah mencapai 75% dari ukuran orang dewasa, dan 90% pada usia enam
tahun. Pada usia ini juga terjadinya pertumbuhan ”myelinization”
(lapisan urat syaraf dalam otak yang terdiri dari bahan penyekat berwarna
putih, yaitu myelin) secara sempurna. Lapisan urat syaraf ini membantu
transmisi impul-impul syaraf secara cepat, yang memungkinkan pengontrolan
terhadap kegiatan-kegiatan motorik lebih seksama dan efisien. Di samping itu
pada usia ini banya juga perubahan fisiologis lainnya, seperti pernapasan
menjadi lebih lambat dan mendalam dan denyut jantung lebih lambat dan menetap.
Untuk perkembangan fisik anak sangat
diperlukan gizi yang cukup. Kekurangan gizi (malnutrisi) dapat mengakibatkan
kecatatan tubuh dan kelemahan mental. Mereka kurang memiliki kemampuan atau
kesiapan mental dan fisik. Perkembangan fisik akan ditandai juga dengan
berkembangnya kemampuan atau keterampilan motorik, baik yang kasar maupun yang
lembut.
Bimbingan guru taman kanak-kanak itu
berkaitan dengan pengembangan aspek-aspek berikut.
1.
Pengenalan/pengetahuan akan namanya dan
bagian-bagian tubuhnya.
2.
Kemampuan untuk mengidentifikasi
fungsi-fungsi tubuh.
3.
Pemahaman bahwa walaupun setiap
individu berbeda dalam penampilannya, seperti perbedaan dalam warna rambut,
kulit dan mata, atau tingginya tetapi, semua orang memiliki kesamaan
karakteristik fisik yang sama.
4.
Menerima bahwa semua orang memiliki
keterbatasan dalam kemampuannya.
5.
Kemampuan untuk memahami bahwa tubuh
itu berubah secara konstan, dan pertumbuhan fisik berawal dengan kelahiran dan
berakhir dengan kematian.
6.
Pemahaman akan pentingnya tidur dan
juga sebagai dua siklus kehidupan yang penting bagi kehidupan.
7.
Mengetahui kesadaran sensori (merasa,
melihat, mendengar, mencium, dan menyentuh/meraba).
8.
Memahami keterbatasan fisik seperti
lelah, sakit dan melemah.
3.
Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada
pada periode Praoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu
menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi adalah
kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini
ditandai dengan berkembangnya representasional atau “Symbolic function”
yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan
menggunakan simbol. Dapat juga dikatakan sebagai “semiotic function”,
kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol untuk melambangkan suatu kegiatan,
benda yang nyata atau peristiwa.
Meskipun berpikir melalui simbol ini dipandang lebih maju
dari berpikir periode sensorimotor, namun kemampuan berpikir ini masih
mengalami keterbatasan. Keterbatasan yang menandai atau yang
menjadi karakteristik periode preoperasional ini adalah sebagai berikut :
1.
Egosentrisme
2.
Kaku dalam berpikir (Rigidity of thought)
3.
Semilogikal reasoning
Secara ringkas
perkembangan intelektual masa prasekolah :
- Mampu berpikir dengan menggunakan simbol
- Berpikir masih dibatasi oleh persepsinya. Mereka meyakini apa yang dilihatnya dan hanya terfokus kepada satu atribut/dimensi terhadap satu objek dalam waktu yang sama. Cara berpikir mereka masih memusat.
- Berpikirnya masih kaku tidak fleksibel.cara berpikirnya terfokus pada keadaan awal atau akhir dari suatu transformasi,bukan kepada transformasi itu sendiri yang mengantarai keadaan tersebut.
- Anak sudah mengerti dasar-dasar mengelompokkan sesuatu atau dasar satu dimensi, seperti atas kesamaan warna, bentuk dan ukuran.
4.
Perkembangan Emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai
menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan bukan aku (orang lain
atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman bahwa tidak setiap
keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain. Bersama dengan itu,
berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya.
Jika lingkungannya (terutama orang tuanya) tidak mengakui harga diri anak maka
pada diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala/menentang atau menyerah
menjadi penurut yang diliputi rasa harga diri kurang dengan sifat pemalu.
Guru di taman kanak-kanak seyogyanya
memberikan bimbingan kepada mereka agar mereka dapat mengembangkan hal-hal
berikut :
- Kemampuan untuk mengenal, menerima dan berbicara perasaan-perasannya.
- Menyadari bahwa ada hubunan antara emosi dengan tingkah laku sosial.
- Kemampuan untuk menyalurkan kegiatannya tanpa menganggu perasaan orang lain.
- Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain.
5.
Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat
diklasifikasikan ke dalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap
sebelumnya) yaitu sebagai berikut :
- Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan
- Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
- Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan.
- Anak banyak menanyakan nama dan tempat : apa dimana dan darimana.
- Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan berakhiran.
- Masa kekempat (2,6-6,0) yang bercirikan
- Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
- Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu-sebab akibat melalui pertanyaan : kapan, kemana,mengapa dan bagaimana
Berbagai peluang yang diberikan oleh orang tua/guru
kepada anak untuk membantu perkembangan bahasa anak diantaranya yaitu :
- Bertutur kata yang baik dengan anak
- Mau mendengarkan pembicaraan anak
- Menjawab pertanyaan anak
- Mengajak berdialog dalam hal-hal sederhana
- Di taman kanak-kanak, anda dibiasakan untuk bertanya, menghafal dan melantunkan lagu dan puisi.
6.
Perkembangan Bermain
Usia pra
sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain. Yang dimaksud bermain disini
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh
kesenangan. Terdapat beberapa macam permainan anak yaitu :
1.
Permainan fungsi (permainan gerak),
seperti meloncat-loncat
2.
Permainan fiksi, seperti menjadikan
kursi sebagai kuda
3.
Permainan reseptif atau apresiatif,
seperti melihat gambar
4.
Permainan membentuk (konstruksi),
seperti membuat gunung pasir
5.
Permainan prestasi, seperti sepak bola
Secara psikologis dan paedagogis
bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat berharga bagi ana diantaranya :
- Anak memperoleh perasan senang, puas, bangga, atau berkatarsis (peredan ketegangan)
- Anak dapat mengembangkan sikap percaya diri, tanggung jawab, dan kooperatif (mau bekerja sama)
- Anak dapat mengembangkan daya fantasi atau kreatifitas
- Anak dapat mengenal aturan atau norma yang berlaku dalam kelompok serta belajar untuk menaatinya.
- Anak dapat memahami bahwa baik dirinya maupun orang lain sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.
- Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa atau toleran terhadap orang lain.
E.
Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Dasar
1.
Perkembangan Intelektual
Pada usia dasar (6-12 tahun) anak sudah
dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar
yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca,
menulis, dan menghitung).
Dalam rangka mengembangkan kemampuan
anak,maka sekolah dalamhal ini guru seyogyanya memberikan kesempatan kepada
anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapat tentang
materi pelajaran yang dibacanya atau dijelaskan oleh guru, membuat karangan,
menyusun laporan.
2.
Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi
dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara berkomunikasi,
dimana pikirandan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat,
atau gerak dengan menggunakan kata-kata,kalimat, bunyi, lambang, gambar, atau
lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia,
alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang
mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu :
- Proses jadi matang dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
- Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya. Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak
Dengan dibekali pelajaran bahasa di
sekolah, diharapkan peserta didik dapat menguasai dan mempergunakannya sebagai
alat untuk :
- Berkomunikasi dengan orang lain
- Menyatakan isi hatinya
- Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya
- Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat)
- Mengambangkan kepribadiannya seperti menyatakan sikap dan keyakinannya.
3.
Perkembangan Sosial
Pada usia ini anak mulai memiliki
kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif
(bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
Berkat perkembangan sosial anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan
sosila ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan
pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan
kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab.
4.
Perkembangan Emosi
Kemampuan mengontrol emosi diperoleh
anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses
peniruan, kemampuan orang tua dalam mengndalikan emosinya sangatlah berpengaruh
pada anak.
Emosi merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku
belajar. Memgingat hal tersebut, maka guru hendaknya mempunyai kepedulian untuk
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya
proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara lain :
- Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan
- Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri
- Memberikan nilai secara objektif
- Menghargai hasil karya peserta didik
5.
Perkembangan Emosional
Anak mulai mengenal konsep moral
pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak
mengerti konsep moral ini, tapi lambat laun anak akan memahaminya. Pada usia
sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang
tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami
alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan
setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.
6.
Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Pada masa ini, perkembangan penghayatan
keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagaiberikut
Sikap keagamaan bersifat reseptif
disertai dengan pengertian
- Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara asional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
- Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
- Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya.
7.
Perkembangan Motorik
Seiring dengan perkembangan fisiknya
yang beranjak matang maka perkembangan motorik anak sudah terkoordinasi dengan
baik. Sesuai dengan
perkembangan fisik (motorik) maka di kelas-kelas permulaan sangat tepat
diajarkan :
- Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar
- Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga
- Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dsb.
- Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban dan kedisiplinan.
8.
Karakteristik Peserta Didik Usia Remaja
Remaja sering disebut dengan istilah
puberteit dan
adolescentia. Puberteit
(Belanda), puberty (Ingris), pubertas (Latin) yang artinya tumbuh rambut di
daerah ”pusic” daerah kemaluan. Adolescentia dari bahasa latin adalah masa
muda.
9.
Pengertian Remaja
- Remaja menurut hukum
Menurut undang-undang perkawinan usia minimal untuk suatu
perkawinan untuk putri 16 tahun dan untuk putra 19 tahun. Dalam imu-ilmu sosial
usia antara 16 sampai 22 tahun disejajarkan dengan pengertian remaja.
2.
Remaja ditinjau dari pertumbuhan fisik
Dari sudut fisik remaja dikenal sebagai suatu tahap dimana
alat kelamin mencapai kematangan. Pematangan fisik berjalan ± 2 tahun dimulai
saat haid pertama pada wanita dan sejak mimpi basah (polusio) pada laki-laki
masa dua tahun ini dinamakan masa pubertas, datangnya masa pubertas tiap
individu tidak sama.
3.
Remaja menurut WHO
Menurut WHO remaja adalah masa pertumbuhan dan
perkembangan dimana individu mengalami :
1)
Menunjukkan tanda-tanda kelamin
sekunder saat mereka mencapai kematangan seksual.
2)
Mengalami perkembangan psikologi dan
pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa.
3)
Peralihan dari ketergantungan
sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri.
4.
Remaja ditinjau dari faktor sosial
sosial psikologis
Masa remaja adalah suatu perkembangan yang ditandai
adanya proses perubahan dari kondisi ”entropy” ke kondisi ”negentropy”.
Entropy adalah suatu keadaan dimana kesadaran
(pengetahuan,perasaan) manusia belum tersusun rapi sehingga belum berfungsi
maksimal.
Negentropy adalah suatu keadaan dimana kesadaran tersusun
dengan baik, artinya pengetahuan satu berhubungan dengan pengetahuan yang lain
dan pengetahuan berhubungan dengan sikap, perasaan.
5.
Remaja menurut masyarakat Indonesia
Batasan remaja Indonesia adalah usia 11 tahun sampai 24
tahun dan belum menikah dengan alasan :
1.
Usia 11 tahun umumnya sudah menunjukkan
tanda-tanda kelamin sekunder
2.
Menurut agama dan adat usia 12 tahun
anak sudah akil balik.
3. Pada usia tersebut mulai ada
tanda-tanda penyempurnaan perkembangan misalnya :
- Tercapainya identitas diri
- Fase genital
- Tercapainya puncak perkembangan kognitif
6.
Pada usia 24 tahun masih banyak anak
yang belum mandiri, masih menggantungkan pada orang tua
F. Karakteristik
Remaja
1.
Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu
diantara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan
fisik yang sangat pesat. Masa pertama yang terjadi pada fase pranatal dan bayi.
Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara
proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi
terlalu besar, karena terlebih dahulu mengalami kematangan daripada
bagian-bagian yang lain. Pada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu
mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya. Dalam perkembangan
seksualitas remaja ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan
ciri-ciri seks sekunder.
2. Perkembangan
kognitif (Intelektual)
Ditinjau dari perkembanga kognitif
menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi =
kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Keating merumuskan lima
pokok yang berkaitan dengan perkembangan berpikir operasi formal, yaitu sebagai
berikut :
- Berlainan dengan cara berpikir anak-anak yang tekanannya kepada kesadarannya sendiri disini dan sekarang, cara berpikir remaja berkaitan erat dengan dunia kemungkinan. Remaja mampu menggunakan abstraksi dan dapat membedakan yang nyata dan konkret dengan abstrak dan mungkin.
- Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara ilmiah.
- Remaja dapat memikirkan tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan mengekplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
- Remaja menyadari tentang aktivitas kognitif dan mekanisme yang membuat proses kognitif itu efisien dan tidak efisien. Dengan demikian, introspeksi (pengujian diri) menjadi bagian kehidupannya sehari-hari.
- Berpikir operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru dan ekspansi berpikir.
Implikasi pendidikan atau bimbingan
dari periode berpikir operasi formal ini adalah perlunya disiapkan program
pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembanga kemampuan berpikir
remaja. Upaya yang dapat dilakukan seperti :
a. Penggunaan
metode mengajar yang mendorong anak untuk aktif bertanya, mengemukakan gagasan
atau mengujicobakan suatu materi
b.
Melakukan dialog, diskusi dengan siswa tentang
masalah-masalah sosial atau berbagai aspek kehidupan seperti agama, etika
pergaulan dan pacaran, politik, lingkungan hidup, bahayanya minuman keras dan
obat-obatan terlarang.
3. Perkembangan
Emosi
Masa remaja merupakan puncak
emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik,
terutama ogran seksual mempengaruhi perkembangan emosi dan dorongan baru yang
dialami sebelumnya seperti perasaan cinta. Pada usia remaja awal, perkembanga
emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap
berbagai peristiwa, emosinya bersifat negatif dan tempramental. Sedangkan
remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya. Mencapai kematang emosional
merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya
sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama
lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.
4. Perkembangan
sosial
Pada masa remaja berkembang ”social
cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami
orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi,
minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”,
yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang
diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat
dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan
pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan
perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan
melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
5. Perkembangan
moral
Melalui pengalaman atau berinteraksi
sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat
moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka
sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas,
seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan.
Menurut Adam dan Guallatta terdapat
berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang tua mempengaruhi moral
remaja, yaitu :
- Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orang tua.
- Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnyadaripada ibu-ibu yang anaknya nakal, dan remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam kemampuan nalar moralnya daripada remaja yang nakal.
- Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan perkembangan moral anak atau remaja yaitu (a) orang tua yang mendorong anak untuk diskusi secara demokratis dan terbuka mengenai berbagai isu dan (b) orang tua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berpikir induktif.
6. Perkembangan kepribadian
Kepribadian merupakan sistem yang
dinamis dari sifat-sifat, sikap dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat
konsistensi respons individu yang beragam. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan
perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif dan niali-nilai. Masa
remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan
”identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi
masa dewasa. Apabila remaja gagal mengintegrasikan aspek-aspek dan pilihan atau
merasa tidak mampu untuk memilih, maka dia akan mengalami kebingungan (confusion).
7. Karakteristik
Peserta Didik Usia Taman Dewasa
Secara psikologis kedewasaan diwarnai
dengan aktualisasi diri yaitu menunjukkan semua kemampua yang dimiliki dalam
rangka mandiri, bisa mencari nafkah sendiri, dapat menentukan kehidupan
sendiri, ingin merdeka.
Pada sebagian besar kebudayaan kuno,
status ini tercapai apabila pertumbuhan pubertas telah selesai atau
setidak-tidaknya sudah mendekati selesai dan apabila organ kelamin anak telah
mencapai kematangan serta mampu bereproduksi.
Pada umumnya psikolog menetapkan
seseorang dikatakn telah dewasa sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa
dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45 dan pertengahan masa dewasa
berlangsung dari sekitar 40-45 sampai sekitar 65 tahun, serta masa dewasa
lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar 65 tahun sampai meninggal.
8.
Perkembangan Fisik
Dilihat dari aspek perkembangan fisik,
pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya dan sekaligus
mengalami penurunan selama periode ini.
9.
Kesehatan Badan
Awal masa dewasa ditandai dengan
memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25
tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak reflek mereka
sangat cepat. Meskipun pada awal masa dewasa kondisi kesehatan fisik mencapai
puncaknya, namun selama periode ini penuruna keadaa fisik juga terjadi. Sejak
usia sekitar 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan ini
sebagian besar lebih bersifat kuantitatif daripada kualitatif.
10. Perkembangan
Sensori
Pada awal masa dewasa penurunan fungsi
penglihatan dan pendengaran belum begitu kelihatan. Akan tetapi, pada masa
dewasa tengah perubahan dalam penglihatan dan pendengaran merupakan dua
perubahan fisik yang paling menonjol. Pada usia antara 40 dan 59 tahun, daya
akomodasi mata mengalami penurunan paling tajam. Karena itu, banyak orang pada
usia setengah baya mengalami kesulitan dalam melihat objek-objek yang dekat.
11. Perkembangan
Otak
Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak
juga berangsur-angsur berkurang. Tetapi, perkembangbiakan koneksi neural
(neural connection), khususnya bagi orang-orang tetap aktif, membantu mengganti
sel-sel yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan pendapat umum bahwa orang
dewasa tetap aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara mental, menyimpan
lebih banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktivitas demikian pada tahun
selanjutnya.
12. Perkembangan
Kognitif
Kemampuan kognitif terus berkembang
selama masa dewasa. Akan tetapi, bagaimanapun tidak semua perubahan kognitif
pada masa dewasa tersebut mengarah pada peningkatan potensi. Kadang-kadang
beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan
usia. Meskipun demikian sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan
kognitif yang terjadi terutama pada masa dewasa akhir dapat ditingkatkan
kembali melalui serangkaian pelatihan.
13. Perkembangan Memori
Sejumlah bukti menunjukkan bahwa
perubahan memori bukanlah suatu yang sudah pasti terjadi sebagai bagian dari
proses penuaan, melainkan lebih merupakan stereotip budaya.
Kemerosotan dalam memori episodik,
sering menimbulkan perubaha-perubahan dalam kehidupan orang tua. Untuk dapat
mencegah kemunduran memori jangka panjang sekaligus memungkinkan dapat
meningkatkan kekuatan memori mereka maka dapat dilakukan latihan menggunakan
bermacam-macam strategi mnemonic (strategi penghafalan) bagi orang tua.
14.
Perkembangan Intelegensi
Sejumlah peneliti berpendapat bahwa
seiring dengan proses penuaan selama masa dewasa terjadi kemunduran dalam
intelegensi umum. David Wechsler menyimpulkan bahwa kemunduran bahwa kemunduran
kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme secara umum.
Hampir semua studi menunjukkan bahwa setelah mencapai puncaknya pada usia
antara 18-25 tahun, kebanyakan kemampuan manusia terus-menerus mengalami
kemunduran.
15.
Perkembangan Psikososial
Selama masa dewasa, dunia sosial dan
personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan
masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan
yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam
beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan
oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga
dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan diri secara khusus dala
karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan
psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting,
yaitu keintiman, generatif dan integritas.
G.
Penutup
Pertumbuhan dan perkembangan manusia
dimulai sejak terjadinya konsepsi yaitu pertemuan antara ovum dan sperma,
pertumbuhan dan perkembangan berlangsung terus dalam kandungan kemudian lahir
sampai usia tua dan akhirnya berjhenti pada kematian.
Dari lahir sampai tua perkembangan
dibagi dalam empat periode yaitu periode anak, periode remaja, periode dewasa
dan periode tua dimana masing-masing periode tidak berdiri sendiri secara
terpisah melainkan saling berkaitan. Periode yang mendahului merupakan dasar
bagi periode berikutnya dan masing-masing periode memiliki karakteristik
sendiri-sendiri.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu & Widodo, Supriyono.
2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Wood, Derek et al. Penerjemah
Taniputra. 2005. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar (Terjemahan). Yogyakarta :
Kata Hati.
Feldmen, William. Penerjemah
Sudarmaji. 2002. Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak. Jakarta : Prestasi
Putra.
Cooney,
T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B. (1975). Dynamics of Teaching Secondary
School Mathematics. Boston : Houghton Mifflin Company.
DR Reni Akbor
Howodi Psi. Fok. Psikologi U1.
Muhaimin, 2001, Paradigma
Pendidikan Islam, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Slameto, 1991, Proses Belajar
Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta : Bumi Aksara
Wina Sanjaya, 2008, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran, Jakarta : Prenada Media Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar